Microlearning menjadi populer digunakan oleh perusahaan dan banyak platform e-learning sebagai metode pembelajaran yang dinilai praktis. Konsep pembelajaran efektif dan fleksibel menjadi nilai yang menjadi daya tarik microlearning.
Microlearning merupakan metode pembelajaran yang memungkinkan pembelajarnya untuk memahami konteks dalam waktu singkat melalui pembahasan yang berfokus pada topik tertentu, tujuannya adalah memberikan solusi dan pemahaman pada saat itu juga. Microlearning merupakan metode belajar micro dimana object learning dirancang dalam bentuk segmen-segmen kecil sehingga membentuk sebuah short content yang informatif.
Pada waktu yang sama, ada beberapa kesalahpahaman atau mitos microlearning yang masih dipercaya oleh sebagian orang sehingga mereka berpikir dua kali untuk mulai menggunakan metode ini. Berikut 10 mitos dan asumsi mengenai microlearning yang masih dipercayai oleh banyak orang, semoga kamu bukan salah satunya ya!
1. Microlearning Adalah Sebuah Ide Baru
Microlearning bukanlah sebuah ide baru. Sumber: pexels.com
Banyak orang yang menganggap microlearning adalah penemuan baru mengenai metode belajar. Faktanya, istilah microlearning pertama kali disebutkan pada tahun 1963 dalam buku karya Hector Correa yang berjudul The Economic of Human Resources, sudah sangat lama bukan? Sebagai sebuah metode belajar, microlearning mulai mendapat perhatian pada tahun 1990-an seiring perkembangan teknologi terutama smartphone. Itu sebabnya hilangkan pemikiran bahwa microlearning adalah metode baru, melainkan metode yang semakin berkembang seiring majunya teknologi informasi di era saat ini.
2. Microlearning Hanya Ditentukan Oleh Durasi
Microlearning tidak hanya berfokus pada durasi. Sumber: freepik.com
Apakah kamu pernah berpikir bahwa setiap pembelajaran berdurasi pendek pasti microlearning? faktanya tidak seperti itu lho. Microlearning bukan hanya berfokus pada durasi, melainkan isi konten dan materi yang dibahas. Apabila pada pembelajaran tradisional terdapat banyak pembahasan yang tidak diperlukan, microlearning adalah kebalikannya. Isi konten pembelajaran microlearning lebih berbobot dengan pembahasan yang terfokus dan penting sesuai dengan kebutuhan konteks. Oleh sebab itu, sependek apapun durasinya, akan tetap memberikan solusi dari permasalahan yang sedang kamu hadapi.
3. Video Adalah Satu-satunya Bentuk Microlearning
Video bukan satu satunya bentuk microlearning. Sumber: freepik.com
Video memang bentuk microlearning yang paling populer, kita dapat mengaksesnya dengan mudah sekaligus mendapat dua elemen yang efektif yaitu audio dan visual. Namun, video bukanlah satu-satunya bentuk dari microlearning. Masih ada bentuk lain yang tidak kalah efektif yaitu infografik, blog, podcast, job aids, media sosial, card, dan games. Video dalam microlearning juga tidak sesimpel membagi video panjang menjadi beberapa bagian. Diperlukan desain konten yang matang agar sebuah informasi dapat dikemas dalam video berdurasi 1 hingga 5 menit.
4. Microlearning Hanya Dapat Diterapkan Untuk Topik yang Simpel
Diperlukan proses mendalam sebelum membuat konten microlearning. Sumber: freepik.com
Salah besar, microlearning bukan berarti hanya diterapkan untuk topik yang simpel saja, melainkan mengemas suatu topik dengan cara yang simpel. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan design thinking, riset, dan penentuan konsep desain konten yang baik guna menghasilkan konten micro yang informatif.
5. Seluruh Jenis Pelatihan Dapat Disampaikan Melalui Konsep Microlearning
Bidang dengan mekanisme kompleks tidak efektif menggunakan microlearning. Sumber: pexels.com
Karena diperlukan pengemasan yang simpel, tidak semua jenis pelatihan dapat diterapkan dengan konsep microlearning. Seperti yang sudah disinggung dalam poin sebelumnya, pembuat konten harus melakukan riset mendalam mengenai topik yang akan dikemas menjadi microlearning. Misalnya pekerjaan yang membutuhkan mekanisme kompleks, memuat banyak pertanyaan yang harus dibahas, dan banyak praktek yang harus dilakukan tidak cocok menggunakan konsep microlearning. Meskipun tetap dipaksakan menggunakan metode microlearning, hasilnya tidak akan maksimal sehingga cukup beresiko.
Pelatihan yang pendek kurang cocok untuk diterapkan dalam topik kewirausahaan, saham, atau dunia bisnis yang rumit. Kita bahkan tidak akan paham langsung mengenai bisnis dalam waktu 10 menit saja, dibutuhkan pengalaman dan riset yang mendalam. Begitu juga dalam dunia penerbangan, apakah mungkin kita menggunakan konsep microlearning untuk belajar menerbangkan sebuah pesawat?
6. Merupakan Pengganti Jenis Pembelajaran Lain
Maksimalkan proses belajar dengan metode microlearning. Sumber: freepik.com
Daripada menggunakan kata pengganti, microlearning lebih cocok disebut sebagai salah satu tools untuk memaksimalkan proses belajar. Artinya, microlearning cocok untuk dikolaborasikan dengan metode belajar apapun agar mendapatkan hasil yang terbaik. Katakanlah kita belajar menggunakan metode tradisional ketika di sekolah atau di kampus dalam waktu berjam-jam, kemudian mengikuti pembelajaran berbasis microlearning ketika di rumah. Selain lebih menghemat waktu, microlearning akan membantu kita lebih paham mengenai konsep dan studi kasusnya.
7. Bersifat Mandiri
Kombinasikan Push and Pull training agar microlearning semakin efektif. Sumber: pexels.com
Microlearning justru akan lebih efektif apabila mengkombinasikan push and pull training, yang sering diartikan sebagai pembelajaran formal dan informal. Untuk memudahkan, kita ambil contoh studi dimana seorang manajer yang bertugas memberikan penilaian kerja mencoba untuk menyegerakan pengetahuannya mengenai cara membuat penilaian yang baik. Untuk menyegarkan diri, sang manajer memilih untuk belajar dari modul E-learning singkat mengenai metode menulis ulasan objektif yang sebelumnya sudah dibuat oleh perusahaan.
Modul tersebut merupakan bagian dari pembelajaran formal (push) dari perusahaan yang saat itu digunakan secara informal (pull) oleh si manajer. Itu artinya, pelatihan (modul) tersebut tidak dipaksakan kepada karyawan, melainkan ditarik (atas kemauan sendiri) oleh karyawan tersebut. Seperti itulah konsep push and pull training bekerja, tidak selalu keseluruhan proses dalam pemanfaatan metode microlearning dilakukan secara individual.
8. Hanya Cocok Digunakan Oleh Karyawan dengan Rentang Perhatian yang Pendek
Microlearning cocok digunakan oleh setiap karyawan. Sumber: freepik.com
Pernyataan ini muncul dari asumsi yang mengatakan bahwa karyawan hanya memiliki rentang waktu pendek untuk fokus dan memahami sesuatu, itu sebabnya microlearning cocok untuk mereka. Pernyataan tersebut merupakan salah besar, padatnya jadwal dan pekerjaan yang dimiliki tidak berarti mengurangi daya ingat dan perhatian mereka. Selain itu, microlearning cocok digunakan baik yang memiliki rentang perhatian pendek maupun panjang. Melalui konsep yang fleksibel, metode microlearning memudahkan siapa saja untuk mengakses konten secara berulang kali kapanpun itu dibutuhkan.
9. Sebuah Pecahan Kecil Dari Konten yang Panjang
Microlearning tidak sesimpel memecah konten menjadi beberapa bagian. Sumber:
Microlearning tidak sesimpel memotong konten panjang menjadi beberapa bagian, diperlukan perencanaan matang agar menjadi sebuah pembelajaran yang berkonsep. Justru dengan pendeknya waktu yang ditawarkan, semakin sulit untuk mengemas sebuah informasi menjadi bentuk micro. Microlearning bukan terdiri dari sebuah topik penjelasan yang memiliki bagian 2, bagian 3, dan seterusnya, melainkan sebuah pembelajaran yang dapat memberikan solusi dan jawaban hanya dengan waktu 1-5 menit saja. Itulah yang menjadi tantangan dalam membuat konten microlearning.
10. Microlearning Mudah Untuk Dibuat
Diperlukan perencanaan yang matang dalam pembuatan konten microlearning. Sumber: pexels.com
Tidak ada konten yang mudah dibuat, termasuk microlearning. Seperti tantangan microlearning yang sudah disinggung sebelumnya, dibutuhkan perencanaan yang matang untuk membentuk sebuah konsep microlearning yang pendek, praktis, fleksibel, dan informatif. Tidak sampai di perencanaannya saja, proses editing materi agar menjadi sebuah konten memerlukan waktu yang panjang. Mulai dari mendesain tulisan menjadi sebuah infografis, mengedit video, melakukan voice over yang disampaikan dalam 3-5 menit, hingga publikasinya sendiri.
Kesimpulannya, microlearning bukan mempersingkat pembelajaran yang sebelumnya panjang menjadi pendek, melainkan bentuk konsep praktis dan cepat dari sebuah pembelajaran. Microlearning dapat menjadi jawaban dan solusi cepat dari permasalahan yang dihadapi dengan konsepnya yang berfokus pada suatu topik pembahasan.
Setelah mengetahui pengertian yang salah dari microlearning, semoga kamu dapat mulai menggunakan microlearning sebagai metode belajar, baik dalam membuat konten maupun acuan memilih e-learning.
Salah satu platform yang memiliki produk dan layanan berbasis microlearning adalah FitAcademy, mereka menawarkan kursus dan pelatihan praktis dengan cara yang tidak monoton seperti pembelajaran model scrolling, gamifikasi, card, dan games yang pastinya tidak akan membuatmu bosan.
Pada dasarnya microlearning merupakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan karena menyisipkan permainan dan quiz di tengah course, hal tersebut dilakukan guna mematangkan dan mengingat kembali materi yang telah didapatkan. Dengan microlearning, kita dapat belajar kapan saja dan dimana saja dengan cara yang seru.